JAKARTA, Kompas.com - Pemerhati lingkungan, Tantyo Bangun Wirupati menganggap perlu ada pemahaman ulang terhadap istilah pecinta alam buat kelestarian alam itu sendiri.
"Ketika semakin banyak anak muda melakukan perjalanan ke alam terbuka pada masa-masa libur, terkadang hal itu justru berisiko buat alam itu sendiri," kata Tantyo, di Jakarta, pekan lalu.
Tantyo yang pernah mendaki puncak-puncak gunung seperti McKinley dan Aconcagua ini menyebut pada masa-masa liburan, gunung-gunung seperti Gede di Jawa Barat, Semeru di Jawa Timur atau pun Rinjani di pulau Lombok bisa disambangi sampai 2000 pendaki. "Semua membawa kebiasaan masing-masing yang berbeda-beda. Dan yang pasti semua meninggalkan 'sesuatu' di puncak," kata Tantyo.
Ia menyebut kadangkala istilah pecinta alam diartikan sebagai "hidup di alam terbuka dengan gaya seperti di kota." bahkan terkadang berlebihan. "Jadinya terkadang bawaan mereka banyak dengan segala macam makanan. Kalau sudah seperti ini kan, yang tersisa setelah mereka pulang hanyalah kotoran," ungkapnya.
Namun Tantyo yang kini mendirikan NGo Green.Web.ID menyadari fasilitas buat pemahaman mereka yang ingin menjadi pecinta alam ini memang sangat kurang. "Di taman-taman nasional saja fasilitas pondok buat pecinta alam hampir tidak ada. Akibatnya aktivitas pendakian gunung berlangsung masih seperti masa-masa lalu," katanya.'
Karena itu setiapkali melakukan sosialisasi tentang kegiatan di alam bebas kepada anak-anak sekolah, Tantyo berusaha menekankan kesadaran bahwa manusia seharusnya mengenal dan tidak mengganggu siklus alam.
"Mereka juga harus sadar misalnya proses pertumbuhan pohon di daerah tinggi itu jauh lebih lambat daripada di dataran rendah. Jadi tindakan mematahkan ranting atau cabang, apalagi menebang pohon akan membutuhkan waktu lama untuk kembali ke semula," kata Tantyo yang kini bermukim di Brussels, Belgia ini.
Salah satu satu kesadaran baru yang ingin Tantyo sebarkan adalah menikmati alam tanpa beban berat. "Kegiatan mendaki gunung tidak harus disertai dengan menginap yang membutuhkan paralatan dan perbekalan banyak," katanya.
Untuk itulah ia mengunggah aktivitas dirinya melakukan pendakian Gunung Gede di Jawa Barat dalam waktu satu hari. Aktivitas ini direkam dan diunggah di akun sosial YouTube. "Mendaki gunung rute tersebut bisa dilakukan tanpa membawa beban berat di punggung dan dituntaskan dalam satu hari. Saya memulai pendakian pada pukul 8 pagi dan telah berada di bawah lagi pada pukul 4 sore," kata Tantyo.
Editor :
A. Tjahjo Sasongko
Anda sedang membaca artikel tentang
Puncak Gunung Gede Delapan Jam PP
Dengan url
http://thatendangerdiets.blogspot.com/2012/12/puncak-gunung-gede-delapan-jam-pp.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Puncak Gunung Gede Delapan Jam PP
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Puncak Gunung Gede Delapan Jam PP
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar