Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Tekuk SM Britama, Aspac Rebut Tempat Ketiga

Written By komputer emanbelas on Senin, 22 Oktober 2012 | 00.44


SURABAYA, KOMPAS.com -- Satria Muda Britama gagal memperbaiki kekurangan saat melawan Pelita Jaya Esia di semifinal Turnamen Pramusim NBL Indonesia 2012. Dalam perebutan posisi ketiga, Minggu (21/10/2012) di DBL Arena, Surabaya, SM bertekuk lutut pada Dell Aspac Jakarta dengan skor 59-55.


Keberhasilan Aspac ini tidak lain karena permainan menawan shooter Xaverius Prawiro yang total mengemas 12 poin, tertinggi bagi timnya. "Target dari tim ini sebenarnya adalah juara, namun berada di peringkat tiga ini adalah hasil terbaik yang kami bisa kami peroleh," ucap Ius, sapaan akrab Xaverius Prawiro.


Konsistensi permainan menjadi hal yang disoroti oleh jajaran pelatih Aspac. "Kalau melihat materi pemain, kami seharusnya mampu menjadi juara. Namun keinginan dan usaha anak-anak untuk juara masih kurang. Itu yang akan kami benahi sebelum musim reguler dimulai," ungkap Antonius Joko, asisten pelatih Aspac.


Aspac mengawali laga tersebut dengan baik. Mengandalkan Xaverius Prawiro dan Fandi Andika Ramadhani, Aspac langsung leading jauh 20-11 di kuarter pertama. SM mencoba mengejar di kuarter berikutnya, namun field goal yang buruk membuat mereka kesulitan mengejar perolehan poin Aspac.


SM baru bangkit di kuarter terakhir. Perlahan tapi pasti, permainan tak kenal lelah dari anak-anak SM membuat mereka mereduksi ketertinggalan menjadi 50-51 berkat shooting akurat Christiano "Dodo" Sitepu. Puncaknya, SM berbalik unggul 55-54 melalui tembakan tiga angka Arki Dikania Wisnu di dua menit terakhir.


Sayang momentum tersebut gagal dimanfaatkan SM. Mereka malah kembali tertinggal 55-57 setelah tembakan tiga angka kapten Aspac, Mario Gerungan menembus ring SM. Aspac akhirnya menutup pertandingan dengan kemenangan 59-55.


Pelatih SM, Octaviarro Tamtelahitu menilai banyak kekurangan yang ditunjukkan oleh timnya di laga tersebut. Dia menyoroti lemahnya organisasi permainan yang kurang berjalan dengan sempurna.


"Evaluasi menyeluruh pasti akan dilakukan begitu kami kembali ke Jakarta. Banyak opsi yang akan kami pilih untuk menghadapi musim reguler nanti. Tapi sisi positifnya, pemain-pemain muda kami semakin berkembang. Mereka hanya butuh waktu lebih lama lagi untuk semakin matang," tandas Octaviarro.












00.44 | 0 komentar | Read More

Museum Mandar, dari Perahu sampai Ular Piton


KOMPAS.com – Suku Mandar yang mendiami kawasan pesisir Provinsi Sulawesi Barat sejak lama terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka mengarungi lautan Indonesia hingga ke Kalimantan bahkan ke daerah Nusa Tenggara dengan mengandalkan perahu layar tradisional.


Dengan penuh keahlian, nenek moyang suku Mandar hanya mengandalkan angin saat berlayar, serta keahlian membaca bintang. Kini, perahu-perahu layar tradisional itu sudah mengalami banyak perubahan. Tentu paling kentara adalah penggunaan motor di sandeq, perahu layar tradisional suku Mandar.


"Karena ujung layarnya runcing, makanya disebut sandeq," ungkap Firdaus Umar dari Museum Mandar Majene.

Namun ia menuturkan ada beberapa versi yang menyebutkan asal-usul nama sandeq tersebut. Badan perahu yang runcing di depan dan belakang juga menjadi versi nama sandeq. Sebab, sandeq sendiri berarti “runcing”.


Museum Mandar Majene berada di Jalan Raden Suradi Nomor 17, Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Museum ini cocok menjadi tempat informasi untuk mengenal lebih dalam mengenai perahu tradisional suku Mandar.


Di sini, ada beberapa replika berbagai jenis perahu tradisional. Ada maket perahu body, yaitu perahu tanpa layar. Lalu, ada perahu layar dengan satu layar maupun dengan dua layar. Salah satunya adalah perahu lete', yang digunakan mengangkut barang antar pulau.

Walau bentuknya kecil, perahu lete' mampu menangkut barang hingga 15 ton. Perahu lete' ukuran besar bahkan memiliki daya angkut sebesar 50 ton. Ada pula maket perahu ba'go yang memiliki daya angkut hingga 100 ton dan menggunakan dua layar.


Museum tersebut juga menampilkan keunikan suku Mandar. Ya, tak hanya urusan laut, di museum ini terdapat beragam informasi mengenai kebudayaan suku Mandar. Pengunjung bisa mengenali pakaian adat, bentuk rumah, hingga peralatan rumah tangga.


Banyak yang tak tahu bahwa Majene adalah salah satu kota tua peninggalan Belanda di Indonesia. Di masa kolonial Belanda, Belanda mendirikan enam pusat pemerintahan di Pulau Sulawesi, salah satunya adalah Majene sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Barat.


Tak heran, ada beberapa peninggalan bangunan Belanda. Salah satunya adalah Museum Mandar Majene yang berarsitektur khas Eropa tersebut adalah bekas rumah sakit. Rumah sakit itu dibangun pada tahun 1908 dan sekarang beralih fungsi menjadi museum.


Di salah satu ruangan, koleksi kedokteran peninggalan rumah sakit Belanda tersebut dipamerkan. Ruangan lain yang menarik adalah ular sawah yang diawetkan. Ular jenis piton tersebut ditangkap di Buttu Tupa' Allo pada 1 Januari 2010.












00.15 | 0 komentar | Read More

Kristiadi: Kita Sedang Mengalami Politik Sesat





Kristiadi: Kita Sedang Mengalami Politik Sesat





Penulis : Aditya Revianur | Minggu, 21 Oktober 2012 | 19:53 WIB













JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik CSIS, J Kristiadi, mengatakan, politik kini lebih didefinisikan sebagai sarana memperoleh kekuasaan melalui partai. Hal tersebut tidak benar, mengingat tujuan politik melalui partai adalah untuk menyejahterakan rakyat.

"Itu sebabnya kita sedang mengalami politik sesat. Partai (politik) memang dipakai untuk alat meraih kekuasaan, tapi jangan lupa, kekuasaan itu didapat dari rakyat," ujar Kristiadi di Hotel Santika, Jakarta, Minggu (21/10/2012).

Kristiadi mengatakan, rakyat tidak pernah dididik oleh parpol bahwa politik itu mulia. Rakyat lebih diajarkan bahwa politik adalah soal perebutan kekuasaan. Hal tersebut bertolak belakang dari inti ajaran filsafat politik.

Politik melalui peran partai, menurutnya, digunakan mencetak kader unggul melalui kaderisasi yang baik untuk mengentaskan rakyat dari kegetiran hidup.

"Problem utama yang dihadapi partai adalah tokoh-tokohnya tidak mengerti partai itu apa. Mereka itu menggunakan partai untuk segera berkuasa sehingga nilai (kaderisasi) politik tidak ada," tambahnya.

Sementara itu, Prisma Resource Center merilis hasil survei dengan pertanyaan "Apakah arti politik yang Anda ketahui?".

Sebesar 33,8 persen responden mengartikan politik sebagai partai. Selanjutnya, 21,6 persen responden mengartikan politik sebagai kekuasaan. Responden yang mengartikan politik sebagai pemerintah atau negara berjumlah 11,2 persen. Politik yang diartikan sebagai rakyat hanya didukung oleh 3,1 responden.

Survei Prisma ini diselenggarakan pada akhir Agustus hingga awal September 2012 di 33 provinsi dengan jumlah sampel 2.300 responden. Responden dipilih berdasarkan pertimbangan jender dengan komposisi responden laki-laki 50 persen dan perempuan 50 persen.

Sampling terkecil dalam survei berada pada tingkat keluarahan atau desa dengan jumlah sampel 10 responden per kelurahan atau desa. Dengan demikian, survei ini mencakup 230 kelurahan di seluruh Indonesia. Diperkirakan margin of error lebih kurang 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.






Editor :


Ana Shofiana Syatiri














00.09 | 0 komentar | Read More

REI: Anggaran Pemerintah Bangun Rumah Murah Kecil




REI: Anggaran Pemerintah Bangun Rumah Murah Kecil





Penulis : Didik Purwanto | Minggu, 21 Oktober 2012 | 15:36 WIB













JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso menginginkan agar pemerintah menaikkan anggaran untuk pembangunan rumah rakyat. Sebab, anggaran tersebut dinilai kecil.

"Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan perumahan rakyat saat ini hanya satu persen dari total belanja negara. Seharusnya bisa lebih tinggi," kata Setyo di pameran industri properti BNI-REI Expo di Jakarta, Sabtu (20/10/2012) malam.

Menurut Setyo, dengan kenaikan anggaran pemerintah untuk pembangunan perumahan rakyat, maka masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah, juga bisa menikmati harga rumah dengan harga yang wajar. Di sisi lain, masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan papan sesuai yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi keuangannya.

REI sebagai mitra pemerintah sebenarnya menginginkan ada penambahan anggaran untuk pembangunan perumahan rakyat tersebut. "Saya rasa dua persen sudah bagus dari total belanja APBN kita saat ini sebesar Rp 1.600 triliun," ujarnya.

Sebagai mitra, REI mencatat terus membangun rumah sederhana sesuai program pemerintah. Sebagai gambaran, pada tahun 2006 REI membangun 100.000 unit rumah sederhana di Semarang, lalu 100.000 unit lainnya di Jonggol pada tahun 2006, lalu di Lamongan pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 rumah sederhana bagi prajurit TNI.







Editor :


Ana Shofiana Syatiri















00.02 | 0 komentar | Read More

Polda Metro: Tuduhan Polisi Peras Mahasiswa Unpam Hoax


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Police Watch (IPW) menuding polisi melakukan pemerasan kepada keluarga para mahasiswa Universitas Pamulang yang ditahan. Namun Polda Metro Jaya enggan menanggapi tudingan tersebut.

"Tidak usah dikomentari, itu hoax," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Minggu (21/10/2012).

Rikwanto enggan berkomentar karena dugaan tersebut disebutnya tidaklah benar dan tidak mendasar.

Sebelumnya, IPW menduga ada oknum polisi yang meminta uang sebesar Rp 10 juta kepada pihak keluarga para mahasiswa yang ditahan.

"Pemerasan itu adalah tindakan biadab, apalagi dilakukan terhadap mahasiswa yang sebelumnya sudah dipukuli polisi," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya.

IPW mendesak dilakukan pengusutan atas dugaan pemerasan Rp 10 juta yang dilakukan oknum polisi kepada para mahasiswa yang ditahan tersebut.

Selain itu, IPW juga meminta polisi segera membebaskan 10 mahasiswa dan satu alumnus yang ditahan tersebut. Menurut Neta, pembebasan ini harus dilakukan karena saat mengatasi demo di Unpam, polisi bekerja tidak sesuai SOP.

"Seharusnya dalam mengendalikan aksi massa, sesuai SOP, polisi menggunakan water cannon terlebih dahulu sebelum melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet," tutur Neta.

Namun yang terjadi di Unpam, kata Neta, polisi main hajar. Mahasiswa dipukuli dan ditembaki gas air mata dan peluru karet. Akibatnya, bentrokan tidak terkendali dan sejumlah orang terluka, termasuk polisi.

Menurut Neta, jika masih menahan ke 10 mahasiswa tersebut, polisi terkesan sewenang-wenang dan hanya mengedepankan balas dendam karena mahasiswa memprotes kedatangan Wakapolri Komjen Nanan Sukarna ke kampus mereka.

"Padahal aksi protes mahasiswa itu bagian dari penyampaian aspirasi yang seharusnya disikapi polisi dengan  profesional, bukan dengan arogan dan represif," jelas Neta.







Editor :


Ana Shofiana Syatiri









00.00 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger