Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Roman Sampik Engtay dalam Balutan Tari Legong

Written By komputer emanbelas on Senin, 23 Februari 2015 | 00.15


Jakarta - Sampik Engtay, kisah cinta dua insan dari cerita rakyat Tionghoa yang melegenda dan sangat populer di Bali sejak tahun 1920-an, kembali diangkat dalam pergelaran seni drama, tari, dan musik atau sendratasik di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (22/2).


Adalah Bengkel Tari Ayu Bulan yang membawakan kisah cinta tersebut ke dalam sebuah tarian klasik Bali atau yang disebut Legong. Tari Legong sarat akan berbagai macam ornamen, dan merupakan bentuk tarian yang digunakan untuk menyampaikan cerita tertentu seperti legenda bahkan mitos.


Legong Sampik Engtay
Kisah roman ini dibuka dengan tarian yang bercerita tentang sang Engtay yang terpaksa harus menyamar sebagai laki-laki demi mencapai keinginannya untuk sekolah. Lima penari menjadi pengiring sang Engtay saat menyamar dan disimbolkan dengan kain putih sebagai bilik penyamaran, hingga akhirnya ditutup dengan pertemuannya dengan Sampik.


Sampik yang menjadi teman seasramanya memikat hati sang Engtay, pun sebaliknya. Pertemuan keduanya disimbolkan dengan tarian dari kedua lakon beriringan bersama yang dibalut dengan alunan gamelan bernuansa Bali.


Keinginan mereka untuk hidup bersama menemui kendala karena Engtay sesungguhnya telah dijodohkan dengan saudagar kaya bernama Machun. Musik yang mengiringi koreografi tarian simbol gejolak hati Sampik pun berubah menjadi lebih bergemuruh.


Menolak dijodohkan oleh orang tuanya, Sampik dan Engtay kemudian membuat janji untuk kawin lari, tetapi sayangnya Sampik salah mengerti petunjuk yang diberikan Engtay sehingga ia gagal menemui kekasih hatinya.


Engtay yang dikisahkan telah dipanggil oleh sang Dewa yang disimbolkan oleh seorang penari dengan naik ke atas tribun penonton dengan pintu bertirai merah yang telah disiapkan sambil menangisi kepiluan hatinya.


Pernikahan Sampik dengan Machun pun menjadi gagal karena Sampik memilih untuk menyusul Engtay di surga. Kisah arwah Sampik dan Engtay yang berubah menjadi sepasang kupu-kupu yang terbang beriringan bersama menjadi penutup kisah keduanya, hingga sambutan standing applause dari seluruh penonton pun seakan turut mengakhiri kisah tersebut.


Kisah Legong Sampik Engtay yang disutradarai oleh Wawan Sofwan tersebut digelar dalam rangka memperingati Tahun Baru Imlek 2566 yang jatuh pada Kamis (19/2) lalu. Selain sebagai peringatan, pagelaran Legong ini juga diharapkan dapat lebih dikenal dan dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.


"Kami dan saya pribadi tentunya ingin Legong ini bisa lebih dikenal dan dapat dilestarikan. Karena ini salah satu budaya klasik yang ada di Indonesia ya, maka kita harus terus melestarikan seni keindahan ini," ungkap Ni Made Suartini, Koreografer yang juga memerankan tokoh Sampik.


Simak galeri foto pertunjukan "Pagelaran Legong Sampik Engtay" di sini.


Penulis: Danung Arifin/YS


00.15 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger